Menyikapi Disrupsi Kecerdasan Buatan Melalui Musik dan Kearifan Lokal

Authors

  • Iman Fattah Dewan Kesenian Jakarta
  • Aris Setyawan Dewan Kesenian Jakarta

DOI:

https://doi.org/10.52969/seminarikj.v2i.65

Keywords:

Artifcial Intelligence, Budaya, Seni, Smart City, Teknologi

Abstract

Kecerdasan Buatan (Artifcial Intelligence atau AI) adalah produk teknologi yang dalam kurun waktu satu dekade ini banyak dibicarakan. Ini karena AI disinyalir mampu menggantikan manusia, dalam artian dengan mudah mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya harus dikerjakan manusia dengan susah payah. Di dalam praktiknya AI mampu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan banyak hal seperti teks (ChatGPT, Bard), gambar visual (Dall-E), hingga musik (MusicLM). Untuk mengerjakan bidang- bidang tersebut AI menggunakan pembelajaran mesin (machine learning) dengan berbagai metode. Salah satu yang metode yang paling terkenal adalah deep learning dengan generatif AI-nya. Sederhananya, generative AI dapat mengkomposisi sebuah karya musik dengan cara menggunakan sumber-sumber dari data-set yang diajarkan atau disuntikkan ke mereka. Meski terkesan canggih dan mudah digunakan, generative AI memiliki bias yang cukup berbahaya. Bias itu muncul dari bagaimana data-set yang disuntikkan kepada mereka, serta bagaimana cara berpikir manusia yang mengajarkan data-set itu ke generative AI. Akibatnya bisa timbul disrupsi di karya musik yang diciptakan AI. Misalnya menghilangnya unsur kearifan lokal (local wisdom) karena AI tidak mengenali tradisi yang telah turun temurun diwariskan di masyarakat Solusi dari disrupsi yang muncul dalam pembuatan musik berbasis AI ini adalah dengan membuat data-set yang lebih peka menyikapi kearifan lokal, serta perlu ada peran dari pemangku kebijakan (pemerintah) untuk membuat undang-undang yang mendukung pengembangan AI, sekaligus mempertahankan kearifan lokal yang telah menjadi warisan budaya di Indonesia.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Buku

Aryandari, C. 2009. Musik, Determinan Spiritual dalam Mekare-Kare Tenganan Bali. Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Harari, YN. 2018. 21 Lessons for the 21st Century. Spiegel & Grau.

__________.2015. Homo Deus: A Brief History of Tomorrow. Harper.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.

Shalev-Shwartz, S, Shai Ben-David. 2014. Understanding Machine Learning: From Theory to Algorithms. Cambridge University Press.

Artikel Jurnal

Fernandez, JD, Francisco Vico. 2013. “AI Methods in Algorithmic Composition: A Comprehensive Survey.” Dalam Journal Of Artifcial Intelligence Research, Volume 48, Halaman 513-582, 2013.

Kane, P. (2017). We are gods of the future – but what will we do?. New Scientist. https://www.newscientist.com/article/mg23130880-500-we-are-gods-of-the-future-but-what-will-we-do/

Internet

Gillick, Mitchell. (2020). Music’s Ability to Convey Emotion Nonverbally. 10.13140/RG.2.2.26218.75203.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) https://kbbi.kemdikbud.go.id

Nichols, S. V. (n.d.). How Cambridge Analytica used your Facebook data to help elect Trump. ZDNET. https://www.zdnet.com/article/how-cambridge-analytica-used-your-facebook-data-to-help-elect-trump/

Schwartz, O. (2024, January 5). In 2016, Microsoft’s racist chatbot revealed the dangers of online conversation. IEEE Spectrum. https://spectrum.ieee.org/in-2016-micro-softs-racist-chatbot-revealed-the-dangers-of-online-conversation

Downloads

Published

2024-07-30

How to Cite

Fattah, I., & Setyawan, A. (2024). Menyikapi Disrupsi Kecerdasan Buatan Melalui Musik dan Kearifan Lokal. Seminar Nasional Institut Kesenian Jakarta (IKJ), 2, 177–190. https://doi.org/10.52969/seminarikj.v2i.65